Picture
Alkisah di sebuah Jagad Wayang, terdapatlah sebuah Negara Kerajaan yang tersohor di seluruh penjuru Negeri.... Sebuah Negara yang terkenal akan 'GEMA RIPAH LOH JINAWE' nya, sebuah Negara Super Subur, dan Super Kaya (seharusnya). AstinaPura nama Negara yang seharusnya Makmur itu.

Sebuah Negara yang dipimpin oleh seorang Raja yang berpenampilan santun, berwajah bundar, dengan perutnya yang membuncit.... Prabu Duryodana lah namanya, seorang Prabu yang seharusnya bukanlah pewaris tahta sah dari AstinaPura. Adapun penerus Tahta AstinaPura ini seharusnya adalah Prabu Puntadewa sulung dari Pandawa yang tak lain dan tak bukan adalah sepupu nya sendiri.

Sebuah perencanaan sangat matang telah disusun oleh Kabinet Kurawa sang Duryodana, sebuah tipu muslihat diatur guna merebut Tahta itu dari para Pandawa, akal licik disusun dengan sangat licik oleh Patih kesayangan Kurawa yakni Patih Arya Sengkuni, bahkan konon Money Politics dilakukan untuk mendukung rencana si Sengkuni, oleh salah satu kolega terbaik Prabu Duryodana. Seorang Pengusaha Sukses yang sukses dalam berbagai hal termasuk menggelapkan uang Astina, tersebutlah Pak Cakil sang Pengusaha yang bersangkutan.

Pak Cakil tercatat sebagai salah satu dari beberapa orang terkaya di Jagad Marcapada ini, saking kayanya sampai – sampai jajaran gigi Cakilnya dipoles dengan kilauan emas lantakan, sehingga waktu meringis dalam jarak berapa pun bisa dikenali lah kalo itu Pak Cakil dengan rahangnya yang menjorok ke depan itu.

Bukan rahasia Pewayangan lagi, kalo Pak Cakil terkenal suka main kotor, melalui sejumlah uang yang ia miliki, ia membeli kekuasaan Astina secara terselubung, jangankan si Bapak Cakil.... Perusahaan Keluarganya yang dinamakan BUTO Group pun, telah membuat susah banyak orang. Dia dengan lihainya, berhasil membuat Para Patih, dan Penasihat AstinaPura cekot – cekot kepalanya, lantaran Pak Cakil menolak membayar pajak yang ditunggak oleh BUTO Group nya....

Selain itu dengan serakahnya, BUTO Group melakukan penambangan Permata secara gila – gilaan.... Nyaris menembus Kahyangan Saptapretala (Kahyangan para Ular, dan Naga), ia membuat sebuah sumur dalam yang dinamakan Sumur Jalatunda. Saking dalamnya sumur itu, sampai – sampai sumur itu menembus perut bumi, dan memuntahkan lahar panas yang merendam sebagian pemukiman penduduk.


Picture
Penduduk Wayang gerah dengan kelakuan itu, mereka menuntut ganti rugi harta maupun moral atas segala kerugian yang luar biasa mengerikan itu, sekali lagi dia memanfaatkan koneksinya.... Ia mendekati Prabu Duryodana, dan mendesak sang Prabu agar kejadian itu ditetapkan sebagai Bencana Alam bukan kelalaian dari BUTO Group, bahkan ia mendesak salah satu Patih Urusan Duit, dan Bendahara Kerajaan Astina; Ibu Srikandi agar mengucurkan dana baginya, dan menghapus tanggungan Pajak BUTO Group.

Ibu Srikandi berang, dia menolak usulan dari Pak Cakil yang didasari oleh Ego Pribadi, dan Kelompoknya itu, hati Pak Cakil dipenuhi dendam. Sekali lagi dengan segepok uang yang ia miliki, ia berusaha untuk menggoncang kedudukan sang Patih Urusan Duit, dan Bendahara Kerajaan Astina. Ibu Srikandi diseret ke Pengadilan Astina atas tuduhan penggelapan uang dengan kambing hitam Koperasi Canthing.

Prabu Duryodana pusing tujuh keliling, karena plot sempurna yang diatur Pak Cakil, sampai – sampai ia juga menyeret sang Wakil alias Tuwangga Kerajaan yang bernama Pandhita Drona ke dalam masalah ini. Suara Lontar Astina telah dibeli, Lontar Astina dengan lantang menuding Ibu Srikandi menjadi dalang penyebab kekacauan, dan penggelapan uang Koperasi Canthing yang tidak jelas juntrungannya.

Ibu Srikandi merasa sangat kesal akan kelicikan Pak Cakil, bahkan dengan licinnya Pak Cakil berhasil mencuci otak sebagian Patih, dan seluruh Kurawa. Mereka satu suara, dan sepakat untuk memojokkan Ibu Srikandi di jajaran Kepatihan Kurawa.

Di lain tempat Bathara Guru tampak berunding seru dengan Bathara Panyarikan, Bathara Mahadewa, Bathara Narada, dan beberapa Bathara lainnya di Kahyangan Jonggring Saloka. Mereka memperdebatkan perihal isi Kitab Jitapsara yang memuat aturan perang, dan jajaran pejuang kelak dalam perang besar Bharatayudha. Kejujuran, dan sifat Ksatria Ibu Srikandi menarik minat Bathara Guru. Atas perintah Bathara Guru, Bathara Panyarikan disuruh untuk menulis bahwa Srinkandi harus direkrut di Pihak Pandawa, untuk kemudian di perang tandingkan dengan MahaPatih Kurawa yang juga Kakek Pandawa-Kurawa yakni Resi Bhisma.

Semuanya disepakati, untuk perekrutan itu, Bathara Guru menulis surat perekrutan Srikandi khusus kepada Prabu Duryodono. Bathara Narada menyampaikan surat itu kepada Prabu Duryodono. Seketika jadi lemaslah lutut sang Prabu membaca surat tertanda dari Bathara Guru, dengan berat hati diikuti dengan gengsi yang menyundul Jonggring Saloka ia menyerahkan hak atas Srikandi kepada Pandawa.

Srikandi menerima surat itu, walaupun dengan berat hati karena dia masih ingin mengabdi di Rezim Kurawa tanpa pamrih, pada akhirnya ia meninggalkan rezim Kurawa yang telah membuangnya bak tebu (habis manis, sepah dilepeh). Ia maju melangkah meninggalkan Astina tanpa menoleh, sambil bersiap untuk menyongsong masa depan baru penuh dengan harapan bersama Pandawa....

Kepergian Srikandi, membuat Pak Cakil senang bukan kepalang.... Untuk merayakan 'Kemenangannya' itu, ia mengadakan pesta perkawinan Putra Bungsunya Cakil Junior dengan salah satu Dewi Kahyangan, pesta perkawinan yang konon bernilai ribuan Keping Emas itu dimeriahkan dengan panggung joged (secara spesial, mereka mengundang Penari – penari Gandarwa dari Istana Setrogondomayit), dan acara minum tuak till drop. Dengan entengnya, dia memerintahkan para Patih, dan Kurawa untuk menghentikan penyelidikan kasus Koperasi Canthing, dan Pandhita Drona sang Tuwangga Astina dibebaskan dari kasus tersebut. (ck.... ck.... ck..... jadi bingung.... Siapa yang Prabu yah kalo gini....)

Belum cukup sampai disitu, Cakil dengan mulusnya melaju naik menjadi Pemimpin Geng KEKAR (KElompok mungKAR) yang berlambangkan Pohon Bonsai itu. Ia berhasil menggeser beberapa kandidat Pemimpin Geng itu dengan mudahnya. Belum cukup sampai disitu, ia dengan kelicikannya berhasil mempengaruhi Prabu Duryodono untuk mengangkatnya sebagai Ketua Geng Koalisi (Konon kedudukannya hampir setara dengan Sang Prabu sendiri), sebuah Geng Koalisi yang didalamnya banyak terdapat Geng – Geng yang beranggotakan Bromocorah – Bromocorah loyalis Cakil.

Semua telah diatur Cakil dengan mulusnya, dan dengan liciknya.... Semua tampak sempurna, tidak ada batu sandungan sekecil apapun yang berhasil menyandung langkah Cakil.... Semuanya sangat mudah bagi Cakil.... Karena Cakil telah 'membeli' AstinaPura.... BUTO Group nya bahkan telah membeli kebebasan penduduk Astina..... Cakil lebih daripada Sang Prabu Duryodono.... Tidak ada Kerajaan AstinaPura.... Yang ada hanyalah 'REPUBLIK CAKIL'

Oleh:
Erwin Poedjiono Tirtosari

Ditulis tanggal 20 Agustus 2010, dan dipublikasiken di Boekoe - Wadjah tanggal 21 August 2010

Dikoetip dari toelisan saia sendiri di Boekoe-Wadjah milik saia: https://www.facebook.com/notes/rwin-poedjiono-tirtosari/prahara-astina-republik-cakil/425325648425

 
Picture
Dikisahkan,Prabu Duryodona mengundang segenap jajaran Patih nya utk mengadakan Rapat Tertutup. Hadirlah disana Patih kesayangan Sang Prabu-Patih Arya Sengkuni,Tuwangga Sang Prabu-Pandhita Drona,dan bbrp jajaran Kabinet Kurawa. MahaPatih Astina yakni Resi Bhisma menolak utk hadir dalam Rapat Tertutup itu.

Adipati Karna yg menjadi Senapati Astina jg tdk hadir krn alasan masuk angin dan tidak enak badan. Dalam rapat itu dibahas bagaimana Prabu Duryodono dibuat ketakutan akan masa jabatannya yg mendekati masa berakhir bbrp warsa lg. Prabu Duryodono merasa sayang utk menyerahkan singgasana empuk itu kepada Puntadewa,sulung Pandawa yg merupakan pewaris sah dari tahta yg dulu direbutnya dlm tipu muslihat rancangan Sengkuni,dan Money Politics sumbangan dari Cakil.

Prabu Duryodono merasa dia masih belum siap utk turun dari tahtanya, apalagi sang Istri: Dewi Banowati dirasa blm siap utk melanjutkan tahtanya, walaupun Dewi Banowati telah merilis 2 buku tulisan tangannya sendiri.

Menatap Putranya Lesmana Mandrakumara,ia sedikit pesimis sekalipun putranya diwawancara eksklusif oleh harian Lontar Astina,tapi Lesmana gagal mendapatkan Wahyu Cakraningrat yg justru berhasil didapat oleh Abimanyu Putra Janaka,salah satu Pandawa.

Karena merasa semuanya masih belum siap,dan merasa sayang utk meninggalkan tahta yg telah membuat perutnya kian menebal, ia mengutus Bilung utk menyuarakan woro-woro Kurawa yg menyatakan bahwa: "Prabu Duryodono layak utk menduduki tahta Raja lbh dari 2 Periode,kalo bisa sekalian sampai Prabu Duryodono seda..."

Dilaksanakanlah mandat dari Sang Prabu tercinta itu. Bilung Duta,demikian mandat yg diterimanya. Bilung selama ini memang dikenal suka cari perkara,suka bikin ribut,dan selalu bicara ngawur sekena udelnya. Sengkuni tahu betul tabiat si Bilung yg amburadul,dan semrawut dlm bicara itu,krn itu ia menyuruh Prabu Duryudono utk mengutus Bilung berkoar-koar di luar Istana... Toh ujung-ujungnya yg kena damprat pasti si Bilung...

Kalo Rakyat 'Tidak Setuju',Bilung lah yg bakal jadi sasaran caci maki Rakyat... Kalo Rakyat 'Setuju',yah Syukur.... Demikianlah pikir Sengkuni,yg langsung di Amini oleh Sang Prabu...

Bilung yg terlalu setia pada Kurawa segera memberitakan woro-woro itu di Pasar... Di Alun-Alun... Di Pendapa... Semua tempat,rata oleh air ludah Bilung... Hingga fotonya,plus opini Bilung sempat mewarnai halaman depan media Lontar Astina... Benar saja,perkataan Bilung mengundang opini negatif dari Masyarakat,mereka secara serempak mencaci Bilung,dan mereka seperti sudah bosan... Dgn cepat mereka bisa mengetahui,kalo ini semua pasti pesanan para Kurawa yg menolak turun dari tahta Astina...

Dengan berlagak,Sang Prabu marah... Dia mengutus Dursasana utk memberikan peringatan bagi Bilung...

Bilung bingung... Bilung bengong... Yg dia lakukan hanya perintah... Itu Bilung Duta... Lah dalah... Rakyat Mencaci,Kurawa mendamprat... Apa ini nasib Bilung... Jadi Corong,Jadi Duta,Jadi Sasaran Caci Maki,sekaligus jadi Kambing Hitam.... Oalah.... Bilung....

Oleh:
Erwin Poedjiono Tirtosari

Ditulis tanggal 19 Agustus 2010, dan dipublikasiken di Boekoe - Wadjah tanggal 20 August 2010


Dikoetip dari toelisan saia sendiri di Boekoe-Wadjah milik saia:http://www.facebook.com/notes/rwin-poedjiono-tirtosari/prahara-astina-bilung-duta/424794908425

 
Picture
AstinaPura dibikin heboh,segenap penduduk AstinaPura berang,lantaran 3 Senapati Terbaik AstinaPura (di bawah pimpinan Adipati Karna) yg bertugas di perbatasan wilayan Astina-GoaBarong ditangkap paksa oleh Pasukan Raksasa GoaBarong...

Selentingan yg beredar di media Lontar Astina menyebutkan bahwa 3 Senapati itu memergoki ada 7 org Maling Ayam yg menyusup ke Perbatasan Astina,dan maling sejumlah ekor ayam di Perbatasan Astina. Lantaran geram dgn ulah 7 org Maling Ayam dari Negeri Tetangga itu,mrk berniat utk menangkap 7 org Maling Ayam yg telah melanggar batas wilayah lagi nyolong ayam...

Pada saat mau menangkap 7 Org Maling itulah,dtg sekelompok Prajurit Diraja GoaBarong yg mengacungkan kerisnya,dan mengancam keselamatan 3 Senapati Astina.

Mereka menangkap 3 Senapati Astina yg sedang bertugas itu dgn paksa dgn dalih 3 Senapati melanggar Hukum (????)

Tersebutlah amarah membara,dan nasionalisme membuncah di dada penduduk AstinaPura... Mereka sangat marah,dan merasa terhina,mereka berkata; "Ini sudah cukup!!! Mau brp kali lagi Negeri GoaBarong pimpinan Prabu JataGempol menginjak2 Martabat Negeri AstinaPura!!!"

Semakin kian terhinalah mereka,karena ditangkapnya 3 Senapati Astina itu bertepatan dgn hari Peringatan Selamatan Rajasuya yg ke 65. Amarah mereka dgn jelas terwakili oleh Resi Bhisma salah satu MahaPatih AstinaPura yg tidak terima dan ingin melakukan aksi nyata utk memprotes Negara GoaBarong.


Picture
Prabu Duryodono yg berwajah bundar,dan berperut buncit sampai pusing dibuatnya,dia sangat ingin marah, tetapi dia jg sangat ketakutan akan kesaktian Prabu JataGempol. Maka diadakanlah Rapat Luar Biasa utk membahas masalah tsb,tahu bahwa 'ketakutan'nya tdk akan pernah didukung oleh Resi Bhisma,ia menolak utk mengundang Resi Bhisma.

Sebuah kesepakatan dibuat,Prabu Duryodono mengambil sebuah pemecahan yg menurutnya 'Diplomasi yg Santun',lantaran pemecahan itu kurang memuaskan. Adipati Karna selaku pemimpin,dan pengayom 3 Senapati itu,merasa kecewa luar biasa,ia memilih utk walk out.

Tidak banyaknya dukungan dari para Jajaran Patih,Senapati,dan Adipati,tidak membuat Prabu Duryodono patah arang. Melalui Patih Urusan Negara Tetangga nya Ki Lurah Togog,ia menyatakan siap menukar 7 Orang Maling Ayam itu dgn 3 Senapati terbaik AstinaPura... Itulah jawaban sang Prabu,panutan segenap AstinaPura... Sebuah jwban ciut nyali yg dibungkus dlm judul yg menarik 'Diplomasi yg Santun'...

Segenap rakyat AstinaPura menangis sambil memukuli dadanya... Mereka berkata; "Dur Jagad Dewa Bathara... Penghinaan apalagi yg harus Negara ini tanggung... Seandainya Sri Bathara Kresna,dan Pandawa yg memimpin Astina... Mereka pasti tidak akan tinggal diam,n siap Bela Pati utk Astina..."

Jadi apa AstinaPura ini nantinya....


_Oleh:
Erwin Poedjiono Tirtosari

Ditulis tanggal 17 Agustus 2010, dan dipublikasiken di Boekoe - Wadjah tanggal 20 August 2010


Dikoetip dari toelisan saia sendiri di Boekoe-Wadjah milik saia:http://www.facebook.com/notes/rwin-poedjiono-tirtosari/prahara-astina-3-senapati-dan-7-maling-ayam/424756388425


 
Picture
Surabaya - Ketika saya duduk di sudut sebuah Cafe tjap Duyung,saya mencoba mengamati sekitar...
Saya sangat suka untuk mengamati setiap orang yang saya temui,saya banyak mengamati orang lalu lalang dan duduk di dalam Cafe ini...
Entah kenapa, hal paling menarik yang membuat saya terpaku adalah: entah mengapa, nyaris setiap orang yang saya temui tampak begitu terpaku pada sesosok benda berbentuk persegi, dan berwarna hitam yang sepertinya kini telah menjadi bagian dari pop-kultural masyarakat kita...

Sebuah benda persegi dgn berbagai merk dagang,benda yang lazim disebut Smart Phone atau Qwerty Phone... Sebuah benda yang seolah menjadi perangkat wajib setiap individu,bukan hanya mereka bahkan tangan kanan saya tampak menggenggam erat-erat benda persegi ini...Saya berusaha untuk merefleksikan benda persegi ini melalui pikiran saya, saya berpikir...
"Hmmmm... Smart phone yang hanya sebesar genggaman tangan ini,mampu membius setiap pemakainya untuk terpaku pada layar perseginya..."

Saya tidak akan membahas orang untuk menjadikan objek pemikiran saya,karena saya sendiri tampak begitu larut pada benda ini. Saya sadari, saya begitu terpaku pada benda ini,setiap saat... Setiap detik... Saya selalu merindukan dentingan kecil yang berbunyi di 'Benda Persegi' saya ini... Terkadang saya berpikir kita sebagai individu memilih untuk meng 'gila' kan diri kita dengan tertawa sendiri menatap layar si Smart Phone,sedih sendiri tanpa alasan, bahkan tidak jarang kita marah-marah sendiri menatap layar persegi yang kecil itu...

Wow... Itu sangat luar biasa karena sebuah benda kecil ternyata mampu membantu kita untuk mengkomunikasikan emosi kita... Tapi apakah betul itu yang terbaik? Mengingat manusia adalah makhluk sosial,yang wajib dan harus bertemu individu lainnya untuk dapat sekedar meluapkan emosi, berbicara, dan bercanda secara nyata, langsung, face to face dan tanpa 'kurir'...

Setiap orang termasuk saya, seolah-olah merasa dunia berhenti berputar, n jungkir balik,ketika fitur Internetnya di 'rebut' paksa dari kita, dan kita dipaksa 'puasa' Online oleh provider yg 'X'tra 'L'emot... Dunia diciptakan untuk berputar untuk menjaga keseimbangan... Dunia kita berjalan mengikuti rotasi Bumi, dan waktu... Sebuah benda persegi tidak akan menghentikan dunia kita, dan menjungkirbalikkan dunia kita...

Suatu bentuk Ketergantungan kah atau Kebutuhan kita kah untuk selalu Online?
Kenyataannya 2 hari tanpa akses, Dunia saya masih ttp berputar, dan tampak indah ketika saya memilih untuk menyimpan si persegi di saku saya, dan menjalani hari tanpa terpaku pada layarnya.

"Jalannya Dunia bukan tergantung pada Objek,tapi tergantung pada Individu yg seharusnya memanfaatkan Objek itu dgn bijak, dan bukan dimanfaatkan oleh Objek"


Have a Blessings Day O:)



-Erwin Poedjiono Tirtosari-


Dikoetip dari toelisan saia sendiri di Boekoe-Wadjah milik saia: http://www.facebook.com/notes/rwin-poedjiono-tirtosari/dunia-jungkir-balik-tanpa-internet/10150105020883426